BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kira-kira 4,6 juta orang amerika hidup dengan gagal jantung. Sekitar 550.000 individu baru mendapatkan diagnosis gagal jantung setiap tahun. Insiden gagal jantung mendekati 10 per 1000 populasi setelah usia 65 tahun, dan 75% pasien mengalami hipertensi anteseden. Statistik insiden dab prevelensi menindikasikan gagl jantung adalah kejadian umum pada populasi pasien tertentu, kebanyakan terutama lansia dan pasien yang memiliki riwayat hipertensi, infrak miokardium, atau keduanya. Meskipun statistik mortaliatas dan morbiditas kardiovaskuler lain menurun, insiden gagl jantung awitan baru terus meningkat. (Morton & etall, 2013, hal. 502)
Angka mortalitas 5 tahun untuk gagal jantung adalah segitar 50%. Kematian mendadak akibat gangguan jantung terjadi enam kali sampai sembilan kali lebih sering pada pasien yang mengalami gagal jantung dibandingkan dengan populasi umum. Perkiraan 957.000 pasien dipulangkan dengan gagal jantung pada tahun 1997 gagal jantung adalah doagnosis umum pada unit perawatan intensif (ICU) karena awitannya mendadak. Infark miokardium akut (IM) atau eksaserbasi akut gagal jantung kronis sering kali mengancam jiwa. Hospitalisasi dikaitkan dengan biaya finansial yang tinggi, dan beban fisik dan emosional perawatan rawat inap sangat besar bagi pasien dan keluarga mereka. (Morton & etall, 2013, hal. 503)
- Batasan masalah
Pada pembahasan ini hanya membatasi konsep teori penyakit dan konsep asuhan keperawatan pada klien decompensasi cordis.
- Rumusan masalah
- Jelaskan definisi decompensasi cordis ?
- Jelaskan etiologi decompensasi cordis ?
- Jelaskan tanda gejala decompensasi cordis ?
- Jelaskan patofisiologi decompensasi cordis ?
- Jelaskan klasifikasi decompensasi cordis ?
- Jelaskan komplikasi yang terjadi pada decompensasi cordis ?
- Tujuan
- Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir yang ilmiah dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien dekompensasi kordis atau gagal jantung dengan mengunakan pendekatan proses perawatan.
- Tujuan khusus
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa data, menetapkan diagnosa eperawatan, merencankan tindakan, mengimplementasikan tidakan sesuai sesuai rencana dan mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung serta memberikan pendidikan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Konsep penyakit
- Definisi
Gagal jantung adalah sindrom klinis yang di tandai dengan sesak napas, dispnea saat aktifitas fisik, dispnea nokturnal paroksismal, ortopnea, dan edema parifer atau edema paru. (Morton & etall, 2013, hal. 503)
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. (Amin, 2015, hal. 19)
Jadi dapat disimpulkan gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan yang di tandai dengan sesak napas, dispnea saat aktifitas fisik, dispnea nokturnal paroksismal, ortopnea, dan edema parifer atau edema paru.
- Etiologi
- Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunya kontraktilitas jantung. Kondisi ynag mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
- Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena tergangunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat) infrak miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peragangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan koraktilitas menurun.
- Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung.
- Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kodisi ini secara langsung merusak serabut jantung kontraktilitas menurun.
- Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakut gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload.
- Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatkan metabolisme, hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen kejantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elektrolit dapat menurunkan kontaraktilitas jantung. (Kasron, 2016, hal. 184)
- Tanda gejala
- Dispnea (bervariasi dari dispnea dengan aktifitas fisik sampai dispnea berat pada istirahat).
- Dispnea nokturnal paroksismal.
- Leletiahn, kelemahan, penurunan toleransi aktifitas fisik.
- Rasa penuh abdomen, peningkatan berat badan.
- Takipnea, takikardia.
- Ronki (ronki kasar)
- Distensi vena jagularis.
- Impuls apeks yang yang bergeser ke lateral.
- Hepatomegali, refluks hepatojugularis.
- Asites, edema perifer.(Jeffrey M. C., 2012, hal. 83)
- Patofisiologi
Gagal jantung |
Kongesti pulmonalis>> |
Tekanan hidrostatik>tekanan osmotik |
Aktifitas sistem renin-angiotensin-aldosteron |
Vasokontriksi sistemis |
Perembesan cairan kealvioli |
Peningkatan aktifitas |
Curah jantung ↓ |
Tercetusnya aktifitas (after potential), |
Kematian mendadak |
Angiotensin 1→ACE→II |
Aritmia ventikular |
Hipertrofi ventrikel |
Pemendekatan miokard |
Resiko pola nafas tidak efektif |
Kerusakan pertukaran gas |
Edema paru |
Pengembangan paru tidak optiamal |
Me↓ GFR NEFRON |
Vasokontriksi ginjal |
Me↑ reabsobsi Na+dan H2O oleh tubulus
= |
Me↑ ekskresi Na+ H2O dalam urin |
Resiko terjadinya gagal ginjal akut |
Resiko tinggi kelebihan volume cairan |
Resiko tinggi penurunan jurah jantung |
Pengeluaran aldosteron |
aliran tidak adekuat ke jantung dan otak |
resiko tinggi gangguan perfusi jaringan |
risti↓resiko kesadaran |
Pengisian LV↓(LVEDP↓) |
Urine output↓ volume plasma↑ tekanan hidrostatik↑ |
Resiko tinggi kelebihan volume cairan |
Penurunan O2ke miokardium |
Syok kardiogenik |
kematian |
Peningkatan hipoksia |
Iskimia miokardium |
Perubahan metabolisme miokardium |
Infark miokardium |
Nyeri dada |
Pemenuhan nutrisi kurang |
Kelemahan fisik |
Kondisi praknosis |
Resiko tinggi konstipasi |
kecemasan |
Kurang pengetahuan |
Koping individu tdk efektif |
Resiko ketidak mampuan pengobatan |
Gangguan akattifitas |
Resiko tinggi trauma |
Sumber : (Muttaqin, 2012, hal. 214)
Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh kemampuanya untuk memenuhi suplai darah yang adekuat keseluruh bagian tubuh, baik dalam keadaan istirahat maupun saat mengalami stress fisiologi. Mekanisme fisiologi yang menyebabkan gagal jantung meliputi keadaan-keadaan :
- Preload (beban awal)
Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang di timbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
- Kontraktilitas
Perubahan kekuatan kontriksi berkaitan dengan panjangnya regangan serabut jantung.
- After lood (beban akhir)
Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri.
Pada keadaan gagal jantung, bila salah satu /lebih dari keadaan diatas terganggu, menyebabkan curah jantung menurun, meliputi keadaan yang menyebabkan prelood meningkat contoh regurgitasi aorta, cacat septum ventrikel.Menyebab afterlood sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan kelainan otot jantung.
Adapun mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi menurunnya kemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah yang dipompa pada setiap kontriksi menurun dan menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh. Apabila suplai darah kurang keginjal akan mempengaruhi mekanisme pelepasan renin-angi-otensin dan akhirnya terbentuk angiotensin II mengakibatkan terangsangnya sekresi aldosteron dan menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan tersebut meningkatkan cairan ekstra intravaskuler sehingga terjadi ketidakseimbangan volume cairan dan tekanan selanjutnya terjadi edema. Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstial. Proses ini timbulmasalah seperti nokturia dimana berkurangnya vasokontriksi ginjal pada waktu istirahat dan juga redistribusi cairan dan absorbsi pada waktu berbaring. Gagal jantung berlanjut dapat menimbulkan asites, dimana asites dapat menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia.
Apabila suplai darah tidak lancar diparu-paru (darah tidak masuk kejantung), menyebabkan peninbunan cairan diparu-paru (darah tidak masuk kejantung), menyebabkan penimbunan cairan diparu-paru yang dapat menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan daerah di paru-paru. Sehingga oksigenisasi arteri berkurang dan terjadi peningkatan CO2 , yang akan membentuk asam didalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu gejala sesak nafas (dyspnea), ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi apabila aliran darah dari ektrimitas meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan paru-paru.
Apabila terjadi pembesaran vena dihepar mengakibatkan hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan. Suplai darah yang kurang didaerah otot dan kulit, menyebabkan kulit menjadi pucat dan dingin serta timbul gejala letih, lemah, lesu. (Kasron, 2016, hal. 186)
- Klasifikasi
- Gagal jantung kiri
Gagal jantung kiri adalah kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau mengosongkan dengan benar. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan di dalam ventrikel dan kongesti pada sistem vaskular paru. Gagal jantung kiri dapat lebih lanjut diklasifikasikan menjadi disfungsi sistolik dan diastolik.
- Disfungsi sistolik
Disfungsi sistolik biasanya diperkirakan dengan fraksi ejeksi, atau presentase volume diastolik akhir ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic volume, LVEDV) yang diejeksikan dari ventrikel pada satu siklus. Jika LVEDV 100 ml dan isi sekucup 60 ml, fraksi ejeksi 60%. Fraksi ejeksi normal adalah 50% sampai 70%. Disfungsi sistolik didefinisikan sebagai fraksi ejeksi kurang dari 40% dan disebabkan oleh penurunan kontraktilitas. Ventrikel tidak dikosongkan secara adekuat karena pemompaan yang buruk, dan hasil akhirnya adalah penurunan curah jantung.
- Disfungsi diastolik
Disfungsi diastolik kurang didefinisikan dengan baik dan lebih sulit diukur, dan sering disebut gagal jantung dengan fungsi ventrikel kiri yang dipertahankan. Pemompaan normal atau bahkan meningkat, dengan fraksi ejeksi kadang-kadang setinggi 80%. Disfungsi diastolik disebabkan oleh gangguan relaksasi dan pengisian. Pengisian ventrikel kiri, suatu proses kompleks yang terjadi selama diastole, adalah suatu kombinasi pengisian pasif dan kontraksi atrium. Jika ventrikel kaku dan kompliancenya buruk (akibat penuaan, hipertensi yang tidak terkontrol, atau kelebihan volume). Relaksasi lambat atau tidak lengkap. Jika frekuensi jantung cepat, diastole singkat, atau jika pasien mengalami fibrilasi atrium, tidak ada kontraksi atrium yang terorganisasi. Mekanisme ini semuanya mengurangi pengisian vertikel dan menyebabkan disfungsi diatole hingga menurunkan curah jantung. (Morton & etall, 2013, hal. 503)
- Gagal jantung kanan
Gagal jantung kanan adalah kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secara adekuat.penyebab gagal jantung kanan yang paling sering terjadi adalahgagal jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi dengan adanya ventrikel kiri yang benar-benar normal dan tidak menyebabkan gagal jantung kiri. Gagal jantung kanan juga disebabkan oleh penyakit paru dan hipertensi arteri pulmonari primer (yang disebut dengan korpulmonale). Awitan akut gagal jantung kanan serirngkali disebabkan oleh embolus paru. (Morton & etall, 2013, hal. 504)
- Komplikasi
- Syok kardiogenik
- Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
- Efusi dan tamponade perikardium.
- Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.
(Kasron, 2016, hal. 200)
- KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
- Pengkajian
- Identitas
Gagal jantung kebanyakan diderita oleh lansia dan pasien yang memiliki riwayat hipertensi, infark miokardium atau keduanya.
(Morton & etall, 2013, hal. 502)
- Status kesehatan saat ini
- Keluhan utama
Pasien dengan gagal jantung mengeluh disnea, kelemahan fisik, dan edema sistemik. (Muttaqin, 2012, hal. 206)
- Alasan masuk rumah sakit
Penderita dengan gagal jantung mengalami peningkatan ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, keletiahan, penurunan toleransi aktifitas fisik
(Morton & etall, 2013, hal. 514)
- Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan gagal jantung biasanya akan diawali dengan adanya gejala-gejala kongesti vaskular pulmonal, dispnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut. (Muttaqin, 2012, hal. 209)
- Riwayat kesehatan terdahulu
- Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien dengan gagal jantung sebelumnya apakah pernah menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, dan hiperlipidemia. (Muttaqin, 2012, hal. 210)
- Riwayat penyakit keluarga
Penyakit jantung iskemik pada orang tua dapat menimbulkan terkena penyakit jantung iskemik pada turunannya. (Muttaqin, 2012, hal. 210)
- Riwayat pengobatan
Pada kasus gagal jantung obat obatan lama bahkan dapat berperan dalam keparahan gejala. Misalnya, pasien yang di obati dengan penyekat saluran kalsium untuk hipertensi. Obat-obat lain dapat menimbulkan gagal jantung pasien yang meminum obat yang di jual bebas seperti obat antiinflamsi nonsteroit (AINS). (Morton & etall, 2013, hal. 512)
- Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
- Kesadaran : kesadaran biasanya composmentis. (Muttaqin, 2012, hal. 215)
- Tanda-tanda vital :
Pasien yang mengalami disfungsi sistolik dapat memiliki tekanan darah yang sangat rendah, tetapi asimtomatik (sistolik, 80-99 mmhg, diastolik, 40-49 mmhg). Frekuensi jantung dapat cepat (90 kali/menit atau lebih, atau lebih rendah pada saat istirahat. Pasien yang mengalami disfungsi diastolik mungkin hipertensif atau mungkin tidak. (Morton & etall, 2013, hal. 514)
- Body system
- Sistem penapasan
Penting untuk menentukan frekuensi pernapasan dan mengobservasi kedalaman pernapasan serta irama pernapasan. pasien yang mengalami gagal jantung kelas IV NYHA berat bisa memiliki pola pernafasan cyene stokes.gagal jantung dapat bersifat kronis dan tergolong kelas IV secara persisten, atau dapat mengambarkan eksaserbasi akut.
Hasil auskultasi dada dapat normal seluruhnya karena pasien dengan peningkatan arteri pulmonari mengalami peningkatan drainase limfe sepanjang waktu, cairan tidak terkumpul dialveoli. reles atau krekels adalah suara yang dihasilkan oleh gelembung udara yang melalui air di alvioli, dan jika tidak ada air suara tersebut tidak dapt terdengar (Morton P. G., 2013, hal. 515)
- Sistem kardiovaskuler
- Inspeksi
Inspeksi adanya parut paska pembedahan jantung. Lihat adanya dampak penurunan curah jantung. Selain gejala-gejala yang diakibatka dan kongesti vaskular pulmonal, kegagalan ventrikel kiri juga dihubungkan dengan gejala tidak spesifik yang berhubungan dengan penurunan curah jantung. klien dapat mengeluh lemah, mudah lelah, apatis, letargi, kesulitan berkonsentrasi, defisit memori, dan penurunan toleransi latihan. Gejala ini mungkin timbul pada tingkat curah jantung rendah kronis dan merupakan keluhan utama klien. Sayangnya, gejala ini tidak spesifik dan sering dianggap depresi, neurosis, atau keluhan fungsional. Oleh karena itu, secara potensial hal ini merupakan indikator penting penyimpangan fungsi pompa yang sering tidak dikenali kepentingannya, dan klien juga di beri keyakinan dengan tidak tepat atau diberi tranquilizer (sediaan yang meningkatkan suasana hati-mood). Ingat, adanya gejala tidak spesifik dari curah jantung rendah memerlukan evaluasi cermat terhadap jantung serta pemeriksaan psikis yang akan memberi informasi untuk menentukan penatalaksanaan yang tepat.
- Palpasi
Oleh karena peningkatan frekuensi jantung merupakan proses awal jantung terhadap sters, sinus takikardia mungkin di curigai dan sering ditemukan pada pemeriksaan klien dengan kegaglan pompa jantung. Irama lain yang berhubungan dengan kegagalan pompa meliputi: kontraksi atrium prematur, takikardia atrium prematur.
- Auskultasi
Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali dengan mudah dengan bagian yang meliputi: bunyi jantung ketiga dan keempat (S3,S4) serta crackles pada paru-paru. S4 atau gallop atrium, mengikuti kontraksi atrium dan terdengar paling baik dengan bel stetoskop yang ditempelkan dengan tepat pada apeks jantung.
- Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya hipertrofi jantung (kardiomegali).
(Muttaqin, 2012, hal. 212)
- Sistem persarafan
Didapatkan nyeri kepala yang hebat, changes mentation,sebagai nyeri tersebut didapatkan wajah yang menyeringai, perubahan postur tubuh, menangis, penurunan kontak mata serta tingkat kesadaran. (Padila, 2012, hal. 82)
- Sistem perkemihan
Klien biasanya didapatkan adanya edema ekstremitas menandakan adanya retensi cairan yang parah. (Muttaqin, 2012, hal. 215)
- Sistem pencernaan
Klien biasanya didapatkan mual, kehilangan nafsu makan, dan muntah. (Padila, 2012, hal. 82)
- Sistem integument
Kulit dingin
Gagal depan pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke organ-organ. Oleh karena darah dialirkan dari organ-organ non-vital demi mempertahankan perfusi kejantung dan otak, maka manifestasi paling dini dari gagal kedepan adalah berkurangnya perfusi organ-organ rangka. Kulit yang pucat dan dingin di akibatkan oleh vasokontriksi perifer, penurunan lebih lanjut dari curah jantung dan meningkatkan kadar hemoglobin tereduksi mengakibatkan sianosis. Vasokontriksi kulit menghambat kemampuan tubuh untuk melepaskan panas. Oleh karena itu, demam ringan dan keringat yang berlebihan dapat ditemukan. (Muttaqin, 2012, hal. 216)
- Sistem muskuloskeletal
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang, sehingga menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatkan energi (Muttaqin, 2012, hal. 216)
- Sistem endrokrin
Pada pasien dengan gagal jantung, adrenalin dan noradrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras, untuk membantu meningkatkan curah jantung dan mengatasi gangguan pompa jantung sebagai derajat tertentu. (Kasron S. N., 2016, hal. 188)
- Sistem reproduksi
Edema di mulai dari kaki dan tumit edema dependen dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai yang pada akhirnya ke genetalia eksterna seta tubuh bagian bawah. (Muttaqin, 2012, hal. 213)
- Sistem pengindraan
Pada pasien dengan gagal jantung mengalami gangguan yaitu penurunan kontak mata. (Padila, 2012, hal. 83)
- Sistem imunitas
Pada pasien gagal jantung pasien dengan peningkatan arteri pulmonari mengalami peningkatan drainase limfe sepanjang waktu. (Morton & etall, 2013, hal. 515)
- Pemeriksaan penunjang
- Elektro karidogram (EKG)
Digunakan untuk mengkaji frekuensi dan irama, dan juga bermanfaat dalam mendiagnosis distrimia, defek konduksi, dan IM. Selain itu, EKG sering kali digunakan untuk mengidentifikasi pembesaran atrium dan hipertrofi ventrikel. (Morton & etall, 2013, hal. 516)
- Ekokardiografi
- Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume baik dan kelainan regional, model M paling sering ditayangkan bersama EKG )
- Ekokardiografi dua dimensi (CT-scan)
- Ekokardiografi Doppler (memberikan pencitraan dan pendekatan transesofageal terhadap jantung).
- Karakterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung kanan dan jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
- Radiografi dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, banyak mencerminkan dilatasi atau hiperterapi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
- Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal, terapi deoritik
- Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mukin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi kronis.
- Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respirator ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
- Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung.
(Amin, 2015, hal. 20)
- Penatalaksanaan
- Terapi yang utama adalah untuk menurunkan preload (dengan venodilatasi) dan afterload (dengan cara arteriodlatasi dan perubahan volume) untuk memperbaiki aliran darah dan mengurangi gejala klinis.
- O2 suplemen melalui kanula hidung atau sungkup muka selama diperlukan.
- Diberikan terapi gangguan fungsi respirasi yang refrakter dengan CPAP atau intubasi
- Nitrat (sublingual dan IV) merupan terapi lini pertama untuk meredakan gejala klinis dalam waktu cepat
- Diuretik lengkung digunakan untuk membuat volume dan menurunkan preload (melalui venodilatasi ringan)
- Morfin IV diberikan untuk ansietas/rasa tidak enak dan menurunkan preload. (Jeffrey M. C., 2012, hal. 84)
- Pentalaksanaan berdasarkan kelas NYHA:
Kelas I : Nonfarmakologi, meliputi diet rendah garam, batasi cairan, menurunkan berat badan, menghindari alkhoholdan rokok, aktifitas fisik, manjemen stress.
Kelas II, III : Terapi pengobatan, meliputi : diuretik, vasodilator, ace inhibstor, digitalis, ACE inhibator, digitalis, dopaminoroid, oksigen.
Kelas IV : Kombinasi diuretic, digitalis, ACE inhibator, seumur hidup.
(Kasron S. N., 2016, hal. 200)
- Diagnosa keperawatan
- Pola nafas tidak efektif
Definisi: inspirasi dan/ atau espirasi yang tidak memberikan fentilasi adikuat.
Penyebab
- Depresi pusat pernafasan
- Hambatan upaya nafas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
- Deformitas dinding dada
- Deformitas tulang dada
- Gangguan neoromuskular
- Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram [EEG] positif, cedera kepala, gangguan kejang)
- Imaturitas neorologis
- Penurunan energi
- Obesitas
- Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
- Sindrom hipoventilitas
- Kerusakan inervansi diafragma
- Cedera pada medula spinalis
- Efek agen farmakologis
- kecemasan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
- Dispnea
Objektif
- Pengunaan otot bantu pernafasan
- Fasse ekspirasi memanjang
- Pola nafas abnormal (mis. Takipnea, beradipnea, hiperfentilasi, kusmoul, cheyne-stokes)
Gejala tanda minor
Subjektif
Ortopnea
Objektif
- Pernapasan pursed-lip
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
- Ventilasi semenit menurun
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi menurun
- Tekanan inspirasi menurun
- Ekskursi dada berubah
Kondisi klinis terkait
- Depresi sistem saraf pusat
- Cidera kepala
- Trauma toraks
- Gullian barre syndrome
- Mutiple sclerosis
- Myasthenia gravis
- Stroke
- Kuadriplegia
- Intoksikasi alkohol(PPNI, 2017, hal. 26)
- Penurunan curah jantung
Definisi : ketidak adekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Penyebab
- Perubahan irama jantung
- Perubahan frekuensi jantung
- Perubahan kontraktilitas
- Perubahan preload
- Perubahan afterload
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
- perubahan irama jantung
- Palpitasi
- perubahan preload
- lelah
- perubahan afterload
- dispnea
- perubahan kontraktilitas
- paroxysmal nocturnal dyspnea (PDS)
- Ortopnea
- Batuk
Objektif
- Perubahan irama jantung
- Bradikardia/takikardia
- Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
- Perubahan preload
- Edema
- Distensi vena jugularis
- Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun
- Hepatomegali
- Perubahan afterload
- Tekanan darah meningkat/ menurun
- Nadi perifer teraba lemah
- Capillary refill time >3 detik
- Oliguria
- Warna kulit pucat dan/atau sianosis
- Perubahan kontraktilitas
- Terdengar suara jantung S3 dan/ atau S4
- Ejection fraction (EF) menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif
- Perubahan preload
(tidak tersedia)
- Perubahan afterload
(tidak tersedia)
- Perubahan kontraktilitas
(tidak tersedia)
- Prilaku/emosional
- Cemas
- Gelisah
Objektif
- Perubahan preload
- Murmur jantung
- Berat badan bertambah
- Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun
- Perubahan afterload
- Pulmonary vascular resistance (PVR) meningkat/menurun
- Systemic vascular resitance(SVR) meningkat/menurun
- Perubahan kontraktilitas
- Cardiac index (CI) menurun
- Left ventrikular strok work indeks (LVSWI) menurun
- Stroke volume indekx (SVI) menurun
- Prilaku/ emosional
(tidak tersedia)
Kondisi klinis terkait
- Gagal jantung kongestif
- Sindrom koroner akut
- Stenosis mitral
- Regurgitasi mitral
- Stenosis aorta
- Regurgutasi aorta
- Stenosis triskupidal
- Regurgitasi trikuspital
- Stenosis trikuspidal
- Regurgitasi pulmonal
- Aritmia
- Penyakit jantung bawaan (PPNI, 2017, hal. 34)
- Gangguan pertukaran gas
Definisi: Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
Penyebab
- Ketidak seimbangan ventilasi-perfusi
- Perubahan membran alveolus-kapiler
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
- Dispnea
Objektif
- PCO2 meningkat/menurun
- PO2 menurun
- Takikkardia
- pH arteri meningkat/menurun
- Bunyi napas tambahan
Gejala dan tanda minor
Subjektif
- Pusing
- Penglihatan kabur
Objektif
- Sianosis
- Diaforesis
- Gelisah
- Napas cuping hidung
- Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/iregular, dalam/dangkal)
- Warna kulit abnormal (mis.pucat, kebiruan)
- Kesadaran menurun
Kondisi klinis terkait
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
- Gagal jantung kongestif
- Asma
- Pneumonia
- Tuberkulosis paru
- Penyakit membran hialin
- Asfiksia
- Persistent pulmonary hypertension of newbom (PPHN)
- Prematuritas
- Infeksi saluran napas (PPNI, 2017, hal. 22)
- Defisit nutrisi
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Ketidakmampuan mencerna makanan
- Ketidakmampuan mengabsorsi nutrient
- Peningkatan kebutuhan metabolism
- Factor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
- Factor psikologis (mis, stress, keenganan untuk makan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
- Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
- Cepat kenyang saat makan
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
Objektif
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
Kondisi klinis terkait
- Stroke
- Parkinson
- Mobius syndrome
- Cerebral palsy
- Cleft lip
- Cleft palate
- Amyotropic lateral sclerosis
- Kerusakan neuromuscular
- Luka bakar
- Kangker
- Infeksi
- AIDS
- Penyakit crohns
- Enterokolistik
- Fibrosis kistik (PPNI, 2017, hal. 56)
- Itoleransi aktifitas
Definisi: ketidakcakupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Penyebab:
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Tirah baring
- Kelemahan
- Imobilitas
- Gaya hidup monoton
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
- Mengeluh lelah
Objektif
- Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif
- Dispnea saat/setelah aktivitas
- merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
- Merasa lemah
Objektif
- Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setalah aktivitas
- Gambaran EKG menunjukkan iskemia
- Sianosis
Kondisi klinis terkait
- Anemia
- Gagal jantung kongestif
- Penyakit jantung koroner
- Penyakit katup jantung
- Aritmia
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
- Gangguan metabolik
- Gangguan muskuloskeletal(PPNI, 2017, hal. 128)
- Nyeri
Definisi: pengalaman sensoris atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat berintensitas ringgan berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
- Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasama)
- Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
- Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengankat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
- Mengeluh nyeri
Objektif
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghidari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
Gejala tanda minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
- Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis
Kondisi klinis terkait
- Kondisi pembedahan
- Cedera traumatis
- Infeksi
- Sindrom koroner akut
- Glaukoma(PPNI, 2017, hal. 172)
- Asientas
Definisi :Kondisi emosi pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
Penyebab:
- Krisis situasional,
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Krisis maturasional
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami kegagalan
- Disfungsi sistem keluarga
- Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
- Factor keturunan (tempramen mudah teragitas sejak lahir)
- Peyalahgunaan zat
- Terpapar bahaya lingkungan (mis, toksin, polutan, dan lain-lain)
- Kurang terpapar informasi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
- Merasa bingung
- Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
- Sulit berkonsentrasi
Objektif
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif
- Mengeluh pusing
- Anoreksia
- Palpitasi
- Merasa tidak berdaya
Objektif
- Frekuensi napas meningkat
- Frekuensi nadi meningkat
- Tekanan darah meningkat
- Diaphoresis
- Tremor
- Muka tampak pucat
- Suara bergetar
- Kontak mata buruk
- Sering berkemih
- Beroreitasi pada masa lalu
Kondisi klinis terkait
- Penyakit kronis progresif (mis, kanker, penyakit autoimun)
- Penyakit akut
- Hospitalisasi
- Rencana operasi
- Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
- Penyakit neurologis
- Tahap tumbuh kembang(PPNI, 2017, hal. 180)
- Intervensi
- Pola napas tidak efektif
- Tujuan
Menunjukkan pola pernapasan efektif, yang dibuktikan oleh status pernapasan: status ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu: kepatenan jalan napas; dan tidak ada penyimpangan tanda vital dari rentang normal.
- Kriteria hasil
- Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis
- Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
- Mempunyai fungsi paru dalm batas normal untuk pasien
- Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan
- Mampu mengambarkan rencana untuk perawatan dirumah
- Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfungsi pada pengkajian penyebab ketidakefektifan pernapasan, pemantauan status pernapasan, penyuluhan mengenai penatalaksanaan mandiri terhadap alergi, membimbing pasien untuk memperlambat pernapasan dan mengendalikan respons dirinya, membantu pasien menjalani penobatan pernapasan, dan menenangkan pasien selama periode dispnea dan napas pendek.
Pengkajian
- Pantau adanya pucat sianosis
- Pantau efek obat pada status pernapasan
- Tentukan lokasi dan luasnya repitasi di sangkar iga
- Kaji kebutuhan insersi jalan napas
- Observasi dan dokumentasi ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang ventilator
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
- Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola pernapasan.
- Diskusikan perencanaan untuk perawatan dirumah, meliputi pengobatan, peralatan pendukung, tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan, sumber-sumber komunitas.
- Diskusikan cara menghindari allergen, sebagai contoh: Memeriksa rumah untuk adanya jamur di dinding rumah
- Tidak menggunakan karpet di lantai
- Menggunakan filter elektronik alat perapian dan AC
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok di dalam ruangan
- Instruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberitahu perawat pada saat terjadi ketidakefektifan pola pernapsan
Aktivitas kolaboratif
- Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanis
- Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, nilai GDA, sputum dan sebagainya, jika perlu atau sesuai protokol
- Berikan obat (misalnya, bronkodilator) sesuai dengan program atau protokol
- Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen yang dilembabkan sesuai program atau protokol sesuai institusi
- Berikan obat nyeri untuk mempertimbangkan pola pernapasan (Wilkinson, 2015, hal. 99)
- Penurunan curah jantung
- Tujuan
Menunjukkan curah jantung yang memuaskan, dibuktikan oleh efektivitas pompa jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan (organ abdomen, jantung, serebral, perifer, dan pulmonal), dan perfusi jaringan (perifer); dan status tanda vital.
- Kriteria hasil
- Mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batasa normal
- Mempunyai haliaran urin, berat jenis urin, blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin plasma dalam batas normal
- Mempunyai warna kulit yang normal
- Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas fisik (mis;tidak mengalami dispnea, nyeri dada, sinkope)
- Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada pemantauan tanda-tanda vital dab gejala penurunan curah jantung, pengkajian penyebab yang mendasari (mis; hipovolemia, disritmia), pelaksanaan protokol atau program dokter untuk mengatasi penurunan curah djantung, dan pelaksanaan tindakan dukungan, seperti perubahan posisi dna hidrasi.
Pengkajian
- Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernafasan, dan status mental.
- Pantau tanda kelebihan cairan (misalnya, edema dependen, kenaikan berat badan)
- Kaji toleransi aktifitas pasien dengan memperhatikan adanya awitan nafas pendek, nyeri, palpitasi, atau limbung.
- Evaluasi respon pasien terhadap terapi oksigen
- Kaji kerusakan kognitif
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
- Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula nasal atau sungkup
- Instruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan haluaran
- Ajarkan penggunaan dosis, frekuensi dan efek samping obat
- Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpitasi, dan nyeri, durasi, faktor pencetus, daerah, kualitas, dan intensitas.
- Instruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk perawatan di rumah meliputi pembatasan aktivitas, pembatasan diet, dan penggunaan alat terapeutik.
- Berikan informasi tentang teknik penurunan stres, seperti biofeedback, relaksasi otot progresif, mediasi, dan latihan fisik.
- Ajarkan kebutuhan untuk menimbang berat badan setiap hari.
Aktivitas kolaboratif
- Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian atau penghentian obat tekanan darah
- Berikan dan titrasikan obat anti aritmia, inetropik, nitrokliserin, dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas, preload, dan afterload sesuai dengan program medis atau protokol.
- Berikan anti koagulan untuk mencegah pembentukan trombosit perifer, sesuai dengan program atau protokol
- Tingkatkan penurunan afterload ( misalnya dengan pompa balon intra aorta) sesuai dengan program medis atau protokol
- Lakukan perujukan ke perawat praktisi lanjutan untuk tindak lanjut jika diperlukan
- Pertimbangkan petunjuk ke petugas sosial, manajer kasus, atau layanan kesehatan komunitas dan layanan kesehatan dirumah
- Lakukan perujukan ke petugas sosial utnuk mengevaluasi membayar obat yang diresepkan
- Lakukan perujukan ke petugas rehabilitasi jantung jika diperlukan.(Wilkinson, 2015, hal. 108)
- Gangguan pertukaran gas
- Tujuan
Gangguan pertukaran gas akan berkurang, yang dibuktikan oleh tidak terganggunya respon alergi: orang dewasa, status pernapasan: pertukaran gas, status pernapasan: ventilasi, perfusi jaringan paru, dan tanda- tanda vital
- Kriteria hasil
- Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
- Memiliki ekspansi paru yang simetis
- Menjelaskan rencana keperawatan dirumah
- Tidak mengunakan pernapasan bibir mencucu
- Tidak mengalami napas dangkal atau ortopnea
- Tidak menggunakan otot aksesoris untuk bernapas
- Intervensi (NIC)
Aktifitas keperawatan
Pengkajian
- Kaji suara paru, frekuensi napas, kedalaman, dan usaha napas; dan produksi sputum sebagai indikator keefektifan penggunaan alat penunjang
- Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi
- Pantau hasil gas darah (misalnya,kadar PaO2 yang tinggi, dan PaCO2 yang menunjukan perburukan pernapasan)
- Pantau kadar elektrolit
- Pantau status mental (misalnya, tingkat kesadaran, gelisah, dan konfusi)
- Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somolen
- Observesi terhadap seanosis, terutama membran mukosa mulut
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
- Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen, penghisap, spirometer, dan IPPB)
- Ajarkan kepada pasien teknik bernafas dan relaksasi
- Jelaskan kepada pasien dan keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan lainnya
- Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa rokok itu dilarang
- Manajemen jalan nafas (NIC):
Ajarkan tentang batuk efektif
Ajarkan kepada pasien bagaimana menggunakan inhaler, sesuai dengan kebutuhan
Aktivitas kolaboratif
- Konsultasikan dengan dokter tentang pentingnya pemeriksaan gas darah arteri (GDA) dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien
- Laporkan perubahan pada data pengkajian terkait (misalnya: sensorium pasien, suara nafas, pola nafas, analisis gas darah arteri, sputum, efek obat)
- Berikan obat yang diresepkan (misalnya natrium bikarbonat) untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
- Persiapkan pasien untuk ventilitas mekanik, bila perlu.(Wilkinson, 2015, hal. 323)
- Devisit nutrisi
- Tujuan: memperlihatkan status gizi : asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak adekuat, sedikitadekuat, cukup adekuat, adekuat, sangat adekuat): makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi pariental total
- Kriteria hasil
- Mempertahakan berat badan……kg atau bertambah…..kg
Pada….(sebutkan tanggal)
- Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
- Mengungkapkan tekat untuk mematuhi diet
- Menoleransi diet yang dianjurkan
- Mempertahankan masa tubuh berat badan dalam masa normal
- Intervensi (NIC)
Aktifitas keperawatan
Pengkajian
- Tetukan motifasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
- Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
- Ajakarkan metode untuk perencanaan makan
- Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
Aktivitas kolaboratif
- Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami ketidak adekuatan asupan protein atau kehilangan protein
- Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, maknan pelengkap, pemberian makan melalui selang, atau nutrisi pariental total agar asupan kalori yanga dekuat dapat dipertahankan
- Rujuk pada dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
- Rujuk program gizi di komunitas yang tepat, jiak pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan maknan yang adekuat (Wilkinson, 2015, hal. 506)
- Itoleransi aktifitas
- Tujuan
Menoleransi aktifitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan, penghematan energi, kebugaran fisik, energi psikomotor dan perawatan diri.
- Kriteria hasil
- Mengidentifikasi aktifitas atau situasi yang menimbulakan kecemasan yang dapat mengakibatkan itoleransi aktiviatas
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan normal denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekana darah serta memantau pola dalam batas normal.
- Pada (target) akan mencapai tignkat aktivitas (uraikan tingkat yang diharapkan dari daftar penggunaan.
- Mengungkapkan secara verbal pembahasan tentang kebutuhan oksigen, obat, dan/ atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dengan beberapa bantuan ( misalnya, eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi.
Aktivitas keperawatan (NIC)
Pengkajian
- Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi dan melakukan AKS dan AKSI.
- Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktifitas.
- Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas penyuluhan untuk pasien/keluarga.
Penyuluhan untuk pasien/ keluarga
- Penggunaan teknik nafas terkontrol selama aktivitas selama perlu
- Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan kepada dokter
- Pentingkan nutrisi yang baik
- Penggunaan peralatan, seperti oksigen, selama aktivitas.
- Penggunaan teknik relaksasi (misalnya, distraksi, visualisasi) dan aktivitas.
Aktivitas kolaboratif
- Berikan pengobatan nyeri sebelum aktifitas apabila nyeri merupakan salah satu faktor penyebab.
- Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik (misalnya, latihan ketahanan), atau reaksi untuk merencanakan dan memantau program aktivitas, jika perlu.
- Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk ke pelayanan kesehatan jiwa di rumah.
- Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan dirumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan perawatan rumah, jika perlu.
- Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet, guna meningkatkan asupan makanan yang kaya energi.(Wilkinson, 2015, hal. 26)
- Nyeri
- Tujuan
Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan indikator sebagai berikut ( sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu).
- Kriteria evaluasi
- Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual secara efektif untuk mencapai kenyamanan
- Mempertahankan tingkat nyeri pada …. atau kurang (dengan skala 0-10).
- Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
- Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi faktor tersebut
- Melaporkan nyeri kepada penyedia kesehatan
- Menggunkana tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dan analgesik secara tepat
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
- Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan utama untuk mengumpulkan informasi pengkajian
- Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0-10 (0= tidak ada nyeri/ketidaknyamanan, 10=nyeri hebat)
- Gunakan bagian alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesik dan kemungkinan efek sampingnya.
- Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri/ respon pasien
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
- Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien, obat khusus yang harus diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan intraksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut ( misalnya, pembatasan aktifitas fisik, pembatasan diet), dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
- Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak tercapai.
- Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
- Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik, narkotik atau apioit (resiko ketergantungan atau over dosis)
Aktifitas kolaboratif
- Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal (misalnya, setiap 4 jam selama 36 jam atau PCA)(Wilkinson, 2015, hal. 532)
- Ansietas
- Tujuan
Ansietas berkurang, dibuktikan oleh bukti tingkat ansietas hanya ringan sampai sedang, dan selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, konsentrasi, dan koping.
- Kriteria hasil
- Meneruskan aktivitas yang dibutuhkan meskipun mengalami kecemasan.
- Menunjukkan kemampuan untuk berfokus kepada pengetahuan dan keterampilan yang baru
- Mengidentifikasi gejala yang merupakan indikator ansietas pasien sendiri
- Mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat
- Memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal
Aktivitas keperawatan
pengkaijan
- Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik, setiap …………
- Kaji untuk faktor budaya (misalnya, konflik nilai) yang menjadi penyebab ansietas
- Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan ansietas di masa lalu
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
- Buat rencana penyuluhan dengan tujuan yang realistis termasuk kebutuhan untuk pemulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang sedang dipelajari
- Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia seperti teman, tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan, dan pusat rekreasi.
- Informasikan tentang gejala ansietas
- Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panik dan gejala penyakit fisik.
Aktivitas kolaboratif
- Penurunan ansietas (NIC: berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu).(Wilkinson, 2015, hal. 48)
DAFTAR PUSTAKA
Amin, H. (2015). Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Medi Action.
Jeffrey M. C., M. (2012). Master Plan Kedaruratan Medik. Tangerang: Binarupa Aksara..
Kasron, S. K. (2016). Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Trans Info Media.
Morton, P. G. (2013). Keperwatan kritis. Jakarta: buku kedokteran EGC.
Muttaqin, A. (2012). Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. jakarta: salemba medika.
Padila, S. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
PPNI, t. p. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia. jakarta: dewan pengurus pusat.
Wilkinson, J. M. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan EDISI 9. Jakarta: EGC.